Setiap yang terjadi di dunia ini
adalah dua sisi berseberangan yang selalu melengkapi. Benarkah?
Ada kalimat yang menyatakan bahwa
setiap yang terjadi bukanlah sebuah kebetulan. Lalu bagaimana setiap pertemuan
yang terjadi kemudian menumpahkan perpisahan? Bagi manusia yang bisa saling
bertemu satu dengan lainnya adalah hal yang membahagiakan. Melihat paras wajah
satu sama lain, mendengarkan setiap rangkaian kata yang terucap, mengutarakan
setiap keluh kesah dan banyak hal lain yang tercipta dengan takjubnya.
Lalu, bagaimana jika perpisahan
itu terjadi jika tanpa ada kata pertemuan di antara keduanya?
Sebuah kebetulan saja atau memang
sisi saling melengkapi itulah yang bisa dikatakan akan kisah yang demikian. Ketika
pertemuan itu menjadikan jalinan awal cerita satu dengan yang lainnya, akan ada
di setiap langkah yang memberikan tapak-tapak makna. Jejak demi jejak merangkai
cerita itu akan kian bergulir di diri insan satu dengan lainnya.
Ketidaksengajaan? Seringkali
segala hal yang kita alami dalam hidup mengundang beribu bahkan berjuta tanya. Banyak
hal yang menjadi kemungkinan dalam hidup
ini. Tentang manusia yang tiada daya upaya akan harta namun ia mampu
membalikkan keadaan menjadi orang yang terpandang bahkan disegani. Tentang seseorang
yang terpandang dan disegani rakyatnya atau kaumnya nyatanya berbalik arah
menjadi seorang pengkhianat dan melukai kepercayaan. Tragis memang. Tapi,
memang demikianlah hidup, selalu ada dua sisi seperti koin meski terlihat satu
namun ia berisikan dua sisi berlainan.
Perpisahan, sakitkah?
Selalu terpatri dalam ingatan dan
hati bahwa pesakitan atau kesakitan yang paling menyakitkan di dunia ini memang
perpisahan. Tentang pemaksaan akan keadaan yang tak mungkin untuk menyatukan
dua insan karena berbagai hal, tentu menjadi sebab perpisahan. Tentang cerita
yang telah terjalin dengan indahnya berakhir dalam ikatan janji suci berakhir
dengan perpisahan? Pastilah banyak ragam cara berpisah itu.
Sebutlah perpisahan terjadi
karena memang berbeda pandangan, meski berjalan seumur jagung atau bahkan telah
mencapai usia emasnya pernikahan hmmm... tak terelakkan perpisahan selalu
menjadi penanda berakhirnya sesuatu. Lihatlah ketika perpisahan itu terjadi
secara elegan. Ouh,, perpisahan elegan? Perpisahan yang hanya terjadi karena
adanya campur tangan Tuhan. Karena maut yang memisahkan, melalui malaikat-malaikat
yang setia dengan tugasnya. Ia menjemput jiwa setiap manusia untuk kembali pada
pemiliknya.
Jika perpisahan karena Tuhan
lebih mengetahui yang terbaik bagi makhluk-Nya yang sempurna?
Sempurna. Yaa setiap manusia
adalah pribadi dan jiwa yang sempurna, untuk dirinya sendiri dan orang lain. Bagaimana
tidak? Ketika seseorang sedang merasa sakit ada penawar berbentuk kesenangan
sebagai penyembuhnya. Seseorang merasa jatuh dan tiada arti ada orang lainnya
yang bersedia merangkul semangatnya dan membangkitkan kembali daya juang
hidupnya. Sebagian kecil dari sebuah mata sisi yang berbeda namun saling
melengkapi.
Cinta yang tak pernah terwujud
karena luka dari orang lain? Ahhh itu hanya bumbu kecil untuk mendewasakan
kita. Lihatlah masalah yang telah kita lewati satu demi satu, bukankah kita
sudah menjadi pribadi yang sempurna dan tangguh? Kemudian lihatlah keteguhan
hati akan menambatkan diri atau sedang dalam pencarian. Sukar ditebak bukan?? Tapi
bisa kita lalui tanpa terasa hari demi hari yang telah mengantar kita dalam
kesadaran. Yaah menyadari bahwa dibalik kesedihan yang kita alami, kesendirian
yang kita rasakan, ternyata masih bisa kita tersenyum dan menikmati setiap
hembus nafas yang Tuhan berikan hingga detik ini.
Percayalah semua selalu indah
pada waktunya. Benarkah?
Tak perlu terlalu menghibur diri
demikian, katakan yang memang harus engkau katakan. Jika indah pada waktunya
tapi tak kau tentukan sendiri seberapa lama kamu ingin bahagia? Lalu, bisakah
dua sisi kehidupan itu saling bertukar peran dan terjadi pada diri kita? Katakanlah,
kebahagiaanku adalah aku sendiri yang menentukan. Meskipun, tidak pernah dan
tidak akan pernah sebuah kebahagiaan itu tercipta dengan sendirinya tanpa
berproses atau bahkan kebahagiaan tercipta dengan membahagiakan semua orang. Selalu
kembali dan mengingat bahwa dunia ini tercipta akan segalannnya berpasangan. Andaikata
memang kita berbahagia akan selalu ada yang terluka? Tentunya demikian adanya.
Bagaimana bisa terjadi? Seseorang
yang hendak bahagia tentu harus mengorbankan hal lain meski menyakiti. Risiko,
semuanya adalah sebuah risiko yang tak pernah orang menyadari di balik senyum
yang dia rasakan akan ada hati yang terluka. Bukan kemunafikan tapi memang
kenyataan, semua adalah tertulis dalam kitab-Nya. Kebahagiaan itu kebutuhan,
dan setiap kebutuhan adalah sebuah permohonan tertinggi dari setiap jiwa
manusia yang ingin mengabdikan hidupnya. Kebahagiaan bukan keinginan, karena
Tuhan tahu bagi hamba-Nya tak ada yang butuh kesedihan atau menginginkan
kesengsaraan.
Alloh tidak pernah memberikan
beban pada hamba-Nya melebihi kemampuannya.
Percayalah setiap insan telah
memiliki garis cerita yang menarik dan beragam yang tidak pernah kita duga atau
terjangkau akal kita. Bagaimana hal itu tercipta? Itulah keagungan-Nya hanya
bagian kecil dari keMahaan-Nya yang kita sadari begitu dahsyatnya tangan Alloh
bercampur pada setiap liku insannya.
Pertemuan itu selalu mengajarkan kita tentang dunia baru dan
memberikan kita pelajaran di tiap detiknya. Sedangkan perpisahan mengajarkan
bagaimana kita selalu menyadari begitu berharganya pertemuan itu bisa terjadi. Setiap
pertemuan pasti berakhir dengan perpisahan, namun perpisahan yang anggun selalu mengajarkan kita melakukan
yang berarti pada tiap pertemuan yang terjadi berikutnya.
-D'Hasna-