Ketakutan jauh di sudut ruang ada perasaan yang lagi-lagi
menghampiri akan prasangka. Akrab sekali kata prasangka ini datang dan pergi.
Saat puak itu tak lagi ada kepercayaan satu dengan lainnya, mungkinkah ada sisa
kepercayaan dalam hidupnya? Merasa asing karena tameng di muka lebih tampak
semu dibanding senyum manis yang terlihat. Tertutup karena lembutnya perkataan
padahal ia di dalamnya menyimpan sejuta pertanyaan. Yaa.. sama-sama berusaha
menutup keresahan akan tetapi ia tetap berprasangka. Yakinkan semoga prasangka
yang baik bukan prasangka yang buruk.
Lalu mengapa harus ada yang disembunyikan?
Jika memang pembahasan itu tak melukai hati yang lainnya? Mengapa
(secara) diam-diam harus menjeling sekilas? Jika menduga saja itu lebih
menimbulkan prasangka yang tidak nyaman.
Kini, bagaimana hendak memposisikan hati ingin berprasangka
baik? Tak adil memang,jika di satu sisi ingin segalanya terbuka, namun di sisi
lainnya ia ingin menyimpan saja. Bukannya tak berimbas tak baik, hanya saja apabila dikatakan
...KEJUJURAN itu lebih menyenangkan untuk diterima daripada membungkusnya rapat
berceloteh rumor tak pasti.
Kini hilangkan!! Segera pergi, sudahlah,,suasana naim atau
selesa ini biarkan bertahan. Meski seperti musang berbulu domba katanya. Tetap saja
yang penting diri ini tetap berjalan pada satu garis pikiran nan absolut. Tak akan
ada yang salah jika aku membenarkan apa yang terlihat, namun akan lebih benar
lagi jika aku senantiasa berpikir positif tentang apa yang kulihat dan
mengetahuinya di kemudian hari dengan sendirinya. Bersabar akan tempaan yang
datang bahwa segala bentuk ujian itu datang pasti untuk menaikkan kelas kita. Yaa...
belajar,,dalam apapun dan bagaimanapun aku sudah diajarkan untuk bersabar. Bukankah
pernah terlewatkan masa yang lebih suram dibanding keadaan seperti ini?
Prasangka, ajarkanlah aku untuk menyeimbangkan hal yang
terlihat dan tak terlihat. Bijaksanakanlah aku dalam menilai segala yang
terlihat dan tak terlihat. Meski nantinya kenyataan akan tampak dan membutuhkan
waktu, namun yakini saja apa yang dilakukan saat ini adalah yang terbaik. Hati,
janganlah sampai teracuni akan prasangka nak ingin mengetukmu. Pikiran, jangan
kau iyakan apa yang prasangka ajarkan senantiasa dan setiap saat menghampirimu.
Namun, jangan pula kau acuhkan, bisa saja ia adalah pertanda untuk mawas diri
mendewasakanmu.
Terima kasih melaluimu aku mampu memandang dari dua sudut
nan berbeda harus bertingkah seperti apa. Prasangka, kau lagi-lagi menjadi
salah satu media pengajaran yang kini harus kucatat dan menjadi bagian penting.
Agar kau mampu berdiri menjadi rambu dalam berkarya, bergaul, bercerita,
berpikir, bertindak, dan melakukan apapun.