Rabu, 18 Maret 2015

Jeda di satu detik




Ketakutan jauh di sudut ruang ada perasaan yang lagi-lagi menghampiri akan prasangka. Akrab sekali kata prasangka ini datang dan pergi. Saat puak itu tak lagi ada kepercayaan satu dengan lainnya, mungkinkah ada sisa kepercayaan dalam hidupnya? Merasa asing karena tameng di muka lebih tampak semu dibanding senyum manis yang terlihat. Tertutup karena lembutnya perkataan padahal ia di dalamnya menyimpan sejuta pertanyaan. Yaa.. sama-sama berusaha menutup keresahan akan tetapi ia tetap berprasangka. Yakinkan semoga prasangka yang baik bukan prasangka yang buruk.
Lalu mengapa harus ada yang disembunyikan?
Jika memang pembahasan itu tak melukai hati yang lainnya? Mengapa (secara) diam-diam harus menjeling sekilas? Jika menduga saja itu lebih menimbulkan prasangka yang tidak nyaman.
Kini, bagaimana hendak memposisikan hati ingin berprasangka baik? Tak adil memang,jika di satu sisi ingin segalanya terbuka, namun di sisi lainnya ia ingin menyimpan saja. Bukannya tak berimbas  tak baik, hanya saja apabila dikatakan ...KEJUJURAN itu lebih menyenangkan untuk diterima daripada membungkusnya rapat berceloteh rumor tak pasti.
Kini hilangkan!! Segera pergi, sudahlah,,suasana naim atau selesa ini biarkan bertahan. Meski seperti musang berbulu domba katanya. Tetap saja yang penting diri ini tetap berjalan pada satu garis pikiran nan absolut. Tak akan ada yang salah jika aku membenarkan apa yang terlihat, namun akan lebih benar lagi jika aku senantiasa berpikir positif tentang apa yang kulihat dan mengetahuinya di kemudian hari dengan sendirinya. Bersabar akan tempaan yang datang bahwa segala bentuk ujian itu datang pasti untuk menaikkan kelas kita. Yaa... belajar,,dalam apapun dan bagaimanapun aku sudah diajarkan untuk bersabar. Bukankah pernah terlewatkan masa yang lebih suram dibanding keadaan seperti ini?
Prasangka, ajarkanlah aku untuk menyeimbangkan hal yang terlihat dan tak terlihat. Bijaksanakanlah aku dalam menilai segala yang terlihat dan tak terlihat. Meski nantinya kenyataan akan tampak dan membutuhkan waktu, namun yakini saja apa yang dilakukan saat ini adalah yang terbaik. Hati, janganlah sampai teracuni akan prasangka nak ingin mengetukmu. Pikiran, jangan kau iyakan apa yang prasangka ajarkan senantiasa dan setiap saat menghampirimu. Namun, jangan pula kau acuhkan, bisa saja ia adalah pertanda untuk mawas diri mendewasakanmu.
Terima kasih melaluimu aku mampu memandang dari dua sudut nan berbeda harus bertingkah seperti apa. Prasangka, kau lagi-lagi menjadi salah satu media pengajaran yang kini harus kucatat dan menjadi bagian penting. Agar kau mampu berdiri menjadi rambu dalam berkarya, bergaul, bercerita, berpikir, bertindak, dan melakukan apapun.